Metrotvnews.com, Jakarta: LIPI menggandeng PT KAR milik Karnandi Winaga mengembangkan sapi unggulan.
Bersama PT KAR, salah satu usaha bioteknologi yang dikembangkan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan menghasilkan breeding sapi-sapi unggulan.
"Melalui kemajuan bioteknologi kami mengembangkan breeding sapi-sapi unggulan dan berhasil menekan angka kegagalan hingga 8-10%," papar peneliti LIPI di bidang Reproduksi Hewan Syahruddin Said saat mendampingi Kepala LIPI Lukman Hakim dan Menristek Gusti Muhammad Hatta mengunjungi PT KAR di kawasan Rumpin, Bogor, Jawa Barat.
Kerja sama yang telah dibangun dengan PT KAR ini sejak 4.5 tahun silam. Saat ini menurut Karnandi Winaga dalam setahun peternakannya berhasil mengembangbiakan 500-200 sapi jenis ongol, 50 sapi bali, dan 50 sapi madura. Ratusan kilogram daging sapi berkualitas bisa dipanen PT KAR setiap bulannya melalui program breeding tersebut.
"Bila tidak dibreeding bibit-bibit sapi unggulan hanya akan terbuang percuma karena sapi betina yang dibuahi paling banyak hanya bisa mengandung dua anak," papar Syahruddin. Dengan bioteknologi yang dikembangkan LIPI bibit atau sperma beku sapi-sapi unggulan ini bisa disimpan bahkan dalam waktu bertahun-tahun dan dapat dibawa untuk membuahi sapi-sapi di luar daerah.
Untuk satu kali breeding menggunakan satu straw sperma sapi beku menurut Syahruddin memakan biaya Rp30 ribu sampai Rp50 ribu. itu tidak termasuk biaya petugas breeding. Breeding yang umum, lanjut Syahruddin memiliki tingkat kegagalan hingga 25%. "Inilah yang membuat kebanyakan peternak enggan mengembangkan teknik breeding untuk meningkatkan produksi sapinya," ucapnya.
Tetapi, lanjut Syahruddin, dengan bioteknologi terkini yang dikembangkan LIPI salah satunya dengan PT KAR tingkat keberhasilan mendekati 93%. "Bisa dikatakan dari sepuluh kelahiran anak sapi hanya 0.8% yang gagal. Injeksi kita juga akurat, biasanya pada teknik breeding yang normal butuh dua sampai empat kali injeksi baru terjadi pembuahan, kalau kita tingkat keberhasilannya 1.43, jadi tidak sampai dua kali, biasanya hanya satu kali sudah berhasil," papar Syahruddin.
Program serupa menurut Syahruddin telah dikembangkan pihaknya di empat wilayah yakni Mataram, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat. "Kebetulan program ini mendapat kucuran dana dari Spanyol sebesar 14 juta euro melalui APBN," papar Syahruddin. (Soraya Bunga Larasati)
Editor: Agus Tri Wibowo