Aksi Greenpeace hanya ingin harga CPO anjlok
Banda Haruddin Tanjung
Jum'at, 31 Mei 2013 − 10:43 WIB
Ilustrasi/Ist
Sindonews.com - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Greenpeace dan WWF dinilai hanya melakukan kampanye hitam (black Campaign) untuk merusak dunia usaha di Indonesia seperti crude palm oil (CPO) dan industri pulp and paper.
Akibat kampanye hitam itu, harga CPO maupun industri pulp and paper Indonesia rusak di pasar internasional. Hal ini diungkapkan dalam diskusi bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Riau dan Dinas Perkebunan Riau.
"Ini yang kita lihat, LSM Greenpeace dan WWF hanya mencari-cari masalah tentang CPO kita yang tidak ramah lingkungan. Tapi lingkungan yang mana tidak disebutkan. Kalau benar, ayo kita berdialog kalau mereka memang benar, tetapi mereka tidak pernah mau. Jadi jangan hanya menuding saja," kata Kasi Pengembangan Usaha Dinas Perkebunan Riau, Sri Ambar Kusuma, Kamis (30/5/2013).
Dia mencurigai bahwa aksi Greenpeace di Indonesia khususnya terhadap kampanye tentang CPO ditunggangi pihak asing yang ingin merusak pasar ekspor CPO Indonesia. Contohnya jika memang murni kampanye lingkungan, mengapa Greenpeace tidak melakukan aksi di tambang Freeport di Irian Jaya yang jelas merusak lingkungan, dan hanya menyerang CPO saja.
"Jadi kita pertanyakan apa LSM asing itu benar-benar melindungi dunia atau menjadi pihak untuk kepentingan asing. Dan sekarang tidak hanya isu lingkungan, tetapi isu minyak sawit kita mengandung zat yang tidak sehat sekarang juga dihembuskan," katanya.
Akibatnya, harga minyak CPO di pasar internasional mengalami penurunan. "Tidak hanya perusahaan sawit saja yang menjadi korbannya, tetapi petani sawit juga merasakan dampak akibat kampanye negatif yang dihembuskan LSM asing," jelasnya.
Sementara pihak Gapki juga membantah kalau sektor kelapa sawit juga menyembang emisi gas kaca. "Kerana berdasarkan dari sejumlah sumber yang kita kutip, Intergovemtal Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2010 dan Internasional Energi Egency (IEE) dan sejumlah sumber lainnya, CPO kita bukan penyumbang gas 10 besar. Tetapi yang terbesar adalah China, Amarika, India, Rusia, Jepang dan Jerman," bantahnya.
Hal yang sama juga diungkapkan pihak Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (AHPI). Kampanye hitam oleh LSM asing membuat harga pulp and paper terus menurun. "Kalau memang isu perusakan lingkungan, mari berdialog," tambah Wakil Sekretaris APHI Komisariat Daerah Riau, Abdul Gaffar.
Untuk informasi, di Riau sendiri terdapat dua perusahaan besar pengolah industri kayu yakni PT RAPP dan PT Indah Kiat Pulp And Paper (IKPP).
(
gpr)