SBY: Tak perlu panik dengan merosotnya rupiah
Giri Prakosa
Senin, 29 Juli 2013 − 16:24 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)/Foto : Ist
Sindonews.com - Terkait merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar akhir-akhir ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menepis anggapan ekonomi Indonesia sedang memburuk.
"Saya katakan tidak, itu ekplanable bisa dijelaskan dibandingkan dengan negara lain. Juga ada yang lebih buruk tetapi tentu ini tidak bisa kita biarkan, kita lakukan segala sesuatunya," kata SBY saat memberikan pengantar pada Sidang Kabinet Paripurna di kantor Presiden, Jakarta dikutip dari laman Setkab, Senin (29/7/2013).
Menanggapi hal itu, SBY mengatakan, Bank Indonesia (BI) saat ini sedang bekerja, pemerintah juga sedang bekerja, dengan demikian tidak perlu panik karena ekonomi secara keseluruhan, termasuk fundamental atau aspek-aspek ekonomi makro masih terjaga. "Semua bisa dikelola dan akan terus dilakukan semua upaya," katanya.
Menurut SBY, pelemahan rupiah ada kaitannya dengan sejumlah persoalan, seperti neraca pembayaran, impor yang melebihi ekspor, situasi yang seperti ini, kebutuhan dolar yang meningkat. Mungkin juga ada faktor psikologi, policy di Amerika Serikat kuantitatif, dan sebagian dengan implikasinya,
"Tentu itu sesuatu yang harus kita tangani secara serius, tetapi semuanya sejauh ini masih bisa kita kelola dan akan terus kita kelola," tuturnya.
Sebelum ini, Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo mengemukakan, dalam beberapa hari terakhir pergerakan rupiah mulai konvergen ke level keseimbangan baru yang mencerminkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, Agus juga meminta agar masyarakat dan pelaku pasar tetap tenang, seraya menekankan bahwa BI akan tetap melakukan pemantauan secara cermat dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamental perekonomian dengan mekanisme pasar yang berjalan dengan baik
Untuk informasi, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada awal pekan ini kembali melanjutkan koreksi yang terjadi pada pekan lalu. Ini seiring dengan melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sore ini.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Senin (29/7/2013) melemah 5 poin dari Rp10.265 per USD pada Jumat (26/7/2013) menjadi Rp10.270 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore ini menguat sebanyak 16 poin dari level Rp10.291 per USD pada Jumat lalu menjadi Rp10.275 per USD pada sore ini.
Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik ditutup sama dengan perdagangan akhir pekan lalu di level Rp10.265 per USD, dengan kisaran harian Rp10.273 per USD.
(
gpr)