Rupiah sengaja dibiarkan melemah?
Dana Aditiasari
Sabtu, 27 Juli 2013 − 15:36 WIB
Ilustrasi
Sindonews.com - Pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang pekan ini anjlok dalam, menghapus kenaikan di awal pekan. Bahkan, rupiah diduga sengaja dilemahkan.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan bahwa rupiah sempat menguat tipis terimbas kenaikan yen dan dolar Australia setelah partai berkuasa di Jepang, Liberal Democratic Party mampu meraih mayoritas dalam pemilu tingkat tinggi seiring langkah PM Shinzo Abe mengubah kebijakan ekonomi..
"Selain itu, terimbas kenaikan yuan China setelah PboC mengakhiri kebijakan batas bawah biaya pinjaman yang sebelumnya ditetapkan 30 persen di bawah suku bunga acuan," kata dia, Sabtu (27/7/2013).
Sementara sentimen positif lainnya erasal dari Meeting G20 menegaskan komitmen untuk lebih fokus pada kebijakan yang lebih memacu pertumbuhan ekonomi. Namun, kabar positif tersebut tidak bertahan lama seiring langkah BI yang melonggarkan laju rupiah di pasar offshore.
"Apalagi, hal ini dipertegas oleh salah satu pejabat BI bahwa BI memang membiarkan rupiah melemah secara bertahap," ujarnya.
Pelemahan rupiah, dia menambahkan, juga dipicu oleh rilis perlambatan data FDI untuk kuartal II/2013, dimana pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dari periode sebelumnya.
Rupiah makin anjlok tak tertahankan seiring melemahnya dolar Australia setelah rilis inflasi yang di bawah ekspektasi dan depresiasi yuan setelah rilis HSBC manufacturing PMI yang terkontraksi.
Sementara itu, belum adanya rilis dari BI mengenai langkah yang akan diambil untuk menahan pelemahan rupiah membuat pelaku pasar berekspektasi rupiah akan terdepresiasi kembali. Padahal laju Euro cukup positif dengan rilis data-data ekonominya.
"Adanya penilaian BI bahwa rupiah sedang mencari keseimbangan baru dan menkeu yang melihat pelemahan rupiah masih cukup aman memberikan kesan bahwa rupiah memang sengaja dibiarkan melemah," tutur Reza.
Belum lagi, rilis pertumbuhan data penjualan rumah baru dan manufacturing PMIAS yang menimbulkan spekulasi percepatan stimulus dan kenaikan suku bunga antar bank di China juga melemahkan rupiah.
(
rna)