Minggu, 04 Agustus 2013

Home » Sumber Informasi Terpercaya | SINDOnews.com: Sejarah buruk, inflasi Depok tertinggi di Jabar

,
Sumber Informasi Terpercaya | SINDOnews.com
// via fulltextrssfeed.com 
Sejarah buruk, inflasi Depok tertinggi di Jabar
Aug 4th 2013, 08:04

Sejarah buruk, inflasi Depok tertinggi di Jabar

Marieska Harya Virdhani

Minggu,  4 Agustus 2013  −  15:04 WIB

Sejarah buruk, inflasi Depok tertinggi di Jabar

Ilustrasi/Ist

Sindonews.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ditambah momentum Ramadan, membuat inflasi di Depok naik 30 persen di angka 4,58 hingga Juli 2013. Angka tersebut telah menciptakan sejarah baru dimana Depok menjadi juara inflasi di Jawa Barat dan nomor enam skala nasional.

Kasie Neraca Wilayah dan Analisis BPS Kota Depok, Bambang Pamungkas mengungkapkan sumbangan kenaikan harga BBM terhadap inflasi sebesar 1,1 persen. Dampak terbesar terjadi karena kenaikan tarif transportasi angkutan dalam kota.

"Kalau di Jawa Barat kita juara, ini sejarah terburuk. Efek kenaikan harga BBM tranportasi rata-rata naik 30 persen. Pertamax juga naik. Angkutan dalam kota yang memberikan dampak. Kalau penyesuaian tarif bus antar kota tak terlalu tinggi hanya 15-20 persen," katanya kepada wartawan, Minggu (04/8/2013).

Bambang menambahkan, terdapat lima komoditas utama yang menjadi primadona kenaikan harga di bulan Juli. Yakni ayam ras potong, daging sapi, cabai rawit, kentang, dan bawang merah.

"Kalau kelima komoditas itu naiknya karena puasa, banyak permintaan. Sebenarnya efek langsung BBM hanya angkutan. Tetapi pedagang memanfaatkan momentum puasa untuk menaikan harga, naiknya jadi dobel, orang siapa sih masak enggak butuh bawang dan cabai," tuturnya.

Kenaikan ayam potong ras, kata Bambang, mencapai 17 persen. Padahal, lanjutnya, kenaikan harga daging sapi sempat turun karena adanya kebijakan impor sapi, namun kini merangkak naik kembali karena menjelang Lebaran.

"Semestinya pemerintah menggelar pasar murah jangan hanya gula, tepung, atau beras. Cobalah gelar pasar murah dengan memasukan cabai dan bawang merah, agar bisa mengintervensi harga, belum ada kan selama ini," jelasnya.

Pernyataan Bambang diakui oleh sejumlah ibu rumah tangga yang mulai berbelanja pada H-4 Lebaran kali ini. Harga bawang merah melonjak drastis menjadi Rp72 ribu per kilogram.

"Saya beli seperempat kilogram saja, dimana-mana di pasar rata-rata Rp18 ribu seperempat kilogram, mahal banget, saya cari dan menawar yang harganya Rp13 ribu seperempat kilogram atau Rp52 ribu sekilo," tutur Ayu, ibu rumah tangga warga Cipayung, Depok.

(gpr)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions