Rupiah melemah, Walkot Depok kampanye kuliner lokal
Marieska Harya Virdhani
Rabu, 28 Agustus 2013 − 18:50 WIB
Ilustrasi/Ist
Sindonews.com - Saat ini banyak pengusaha kuliner mengeluhkan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok. Apalagi jika bahan baku yang digunakan harus impor di tengah melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Jalan Raya Margonda, Depok sudah menjadi pusat jajanan kuliner. Karena itu, Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail memberikan solusi pelaku usaha kuliner lokal menghadapi kondisi ini.
"Bagi dunia kuliner nusantara, dikala rupiah melemah, dolar menguat, produk-produk nasional seharusnya semakin dipopulerkan. Dari sisi produsen, dari sisi warga sebagai konsumen, harus disesuaikan daya belinya dengan kesesuaian selera kita, daya beli semakin melemah, kemudian jangan membuat kita bingung," katanya kepada wartawan di Balaikota Depok, Rabu (28/08/2013).
Aneka makanan nusantara, kata dia, diharapkan harganya juga masih terjangkau untuk mempertahankan daya beli. Kualitas dan selera juga harus bisa dipertahankan.
"Ini saatnya pelaku usaha kuliner lokal tunjukan kemampuan, jangan gengsi makan produk lokal. Kualitasnya masih bagus, rasanya enak, harga terjangkau. Para produsen harus lebih proaktif dan kreatif tawarkan pilihan diskon, bonus, dan aneka atraksi lain agar konsumen tertarik," tegasnya.
Nur Mahmudi melalui gerakan kampanye Sehari Tanpa Nasi (One Day No Rice) serta propaganda untuk mengurangi makanan dari tepung terigu, mengingatkan pengusaha kuliner bahwa kondisi ini saatnya untuk berkreasi. Untuk pengusaha tahu tempe, kata dia, bisa mengganti bahan baku kedelai dengan produk lokal kacang koro.
"Saatnya mengurangi konsumsi terigu, karena terigu itu bahannya impor, kesempatan propaganda kurangi terigu. Kalau dirasa mahal bahan bakunya, agak bagusnya kita kembali melirik bahan lokal. Kepada kedelai lokal, maupun alternatif lain bisa kacang koro, enak rasanya. Karena kedelai lokal tak akan mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri," tandasnya.
(
gpr)