Kamis, 28 Maret 2013

Home » Jaga Momentum Pembangunan - BeritaSatu

,

Isu kudeta yang berembus terkait demo 25 Maret 2013 tak perlu ditanggapi berlebihan. Itu hanya pepesan kosong belaka. Siapa yang mau kudeta? Rakyat sipil? Pasti tidak mungkin. 

Tak mungkin ada kudeta bila tidak digerakkan rakyat bersama-sama dengan mahasiswa serta didukung oleh tentara. Apalagi, sepanjang sejarah Republik Indonesia, tak ada tradisi kudeta. seperti sering terjadi di Thailand atau negara lain di dunia.

Hanya saja, meski hanya sebatas pepesan kosong, isu-isu seperti itu tetap saja tidak produktif. Ia mengganggu ekspektasi dan iklim investasi yang sedang bagus-bagusnya. Ini tak baik untuk dunia usaha, dan tak nyaman bagi para pelaku bisnis.

Karena itu, kita imbau semua pihak, terutama mereka yang memiliki basis kekuatan massa dan sering berbicara “atas nama rakyat”, untuk tidak ceplas-ceplos mengumbar ancaman.

Hormatilah pemerintahan sekarang ini, dan sedikit rendah hati untuk mengakui prestasi yang berhasil diraih selama ini.  Kita jangan terus menyimpan pikiran negatif dan pesimistis terhadap berbagai kemajuan yang berhasil dicapai Indonesia. Kita perlu keluar dari ruang yang gelap dan pengap untuk melihat sejenak Indonesia dengan kacamata jernih.

Kritik itu wajar, dan malah bisa menjadi vitamin ampuh yang memacu adrenalin pembangunan bangsa ini ke depan. Kritikan yang baik dan kontruktif tentu saja akan menjadi pengawal terbaik bagi bergulirnya roda pembangunan nasional.  Namun, jangan sampai kritik atau ekspresi ketidakpuasan berujung pada tindak anarkistis yang justru merugikan semua pihak. 

Jangan sampai kritik yang kerap diluncurkan menihilkan semua pencapaian dalam berbagai bidang selama ini. Sangatlah tidak adil jika kita terlalu asyik mengumbar kritik sampai kita lupa bahwa ada rententan prestasi yang berhasil diraih, dan justru kitalah yang paling lahap menikmatinya. 

Ibarat gelas yang terisi setengah dan setengahnya kosong, janganlah kita memandang Indonesia ini semata dari setengahnya yang kosong itu. Ini benar-benar sangat tidak adil, tidak objektif. Kita harus sportif melihat semua perkembangan yang terjadi.

Di bidang politik dan demokrasi, mata jernih kita pasti mengatakan bahwa kebebasan berbicara dan kebebasan pers sudah sangat luar biasa tumbuh subur di negeri ini. Tak ada larangan bagi rakyat untuk berunjuk rasa. Tak seperti di Malaysia, Singapura, atau Tiongkok, demo bisa terjadi tiap hari di Indonesia, dan rakyat bebas mengeluarkan pendapatnya. Tak ada laras panjang yang ditodongkan ke arah mahasiswa atau rakyat. Tak ada buldozer yang mengangkut massa pendemo. 

Indonesia yang demokratis juga dapat dilihat melalui sistem kepartaian yang sehat dan pemilu yang transparan. Pemilihan presiden dan kepala daerah kini dilakukan secara langsung oleh rakyat. Ini sebuah perkembangan yang sangat signifikan, termasuk kebebasan rakyat di daerah untuk menyampaikan aspirasi-aspirasinya ke ke pemerintahan pusat.

Di bidang ekonomi, selain petumbuhan yang terus beranjak naik - kini 6,2 persen - tercatat cukup banyak kemajuan yang berhasil kita raih. Investasi mengalir deras, kelas menengah tumbuh subur dan kini mencapai sekitar 60 juta orang, yang berarti sepuluh kali lipat dari penduduk Singapura yang berjumlah 5,7 juta orang. Mereka inilah “mesin” ekonomi Indonesia di masa depan. Dengan tingkat pendapatan yang cukup tinggi, mereka adalah konsumen utama untuk produk-produk yang kita hasilkan.

Kemajuan Indonesia saat ini juga diakui dengan tulus oleh dunia internasional. Masuknya Indonesia dalam G-20 bukan hasil mengemis pemimpin kita ke negara-negara maju. Pengakuan dunia internasional atas kemajuan Indonesia juga terekspresi dari penilaian sejumlah lembaga pemeringkat yang memberikan status investment grade pada negeri ini.

Berbagai kesuksesan Indonesia dalam penyelenggaraan kegiatan internasional, seperti KTT ASEAN, East Asia Summit, SEA Games dan lain-lain, adalah bukti bahwa kita memang layak mendapatkan kehormatan itu.

Kalau dunia internasional mengakui kemajuan Indonesia, lalu mengapa anak-anak bangsa Indonesia sendiri justru memandang itu semua dengan sebelah mata?

Mari kita segera keluar dari ruang pengap untuk memandang dengan jujur Indonesia yang maju dan berkembang. Ke depan, dengan iklim demokrasi yang kian maju, ekonomi Indonesia pasti akan terus melaju. Kalau ada yang memprediksi Indonesia akan menjadi raksasa ekonomi nomor enam di dunia pada 2030, itu bukan pepesan kosong belaka.

Dengan dianugerahi wilayah yang begitu luas dan subur, kekayaan sumber daya alam yang melimpah, dan jumlah penduduk terbanyak nomor empat di dunia, impian raksasa ekonomi dunia bukan sesuatu yang tak bisa tercapai. Asalkan semua pihak menjaga momentum yang sudah kita capai itu. Jangan lagi ada pihak yang berniat merancang kerusuhan atau membuat keonaran. Karena ini hanya akan membuat investor jadi ragu dan menjauh dari Indonesia.

Karena itu, kita imbau semua pihak untuk menjaga momentum pembangunan yang sedang melaju. Kita kawal pemerintahan sekarang ini untuk menuntaskan semua program dan janji-ujanjinya. Berilah saran atau kritik yang sangat dibutuhkan dalam rangka memacu kemajuan untuk menjadi lebih baik. Bukan sebaliknya.

http://www.beritasatu.com/blog/tajuk/2331-jaga-momentum-pembangunan.html