Penjual kain di pusat tekstil Tanah Abang, Jakarta, Rabu (22/10). Melemahnya rupiah terhadap dollar AS justru menguntungkan industri tekstil dalam negeri karena tingkat penetrasi impor tekstil ilegal mengalami penurunan. TEMPO/Puspa Perwitasari
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, memprediksi bahwa impor pakaian jadi ilegal akan naik 100 persen selama Ramadan dan Lebaran tahun ini. "Saya pikir angkanya akan sampai segitu. Soalnya saat lebaran dan Ramadan harga pakaian jadi naik 10 sampai 20 persen," kata dia usai konferensi pers dengan wartawan di Jakarta, Senin, 30 Juni 2014.
Menurut dia, kenaikan harga pakaian jadi akan membuat importir mengambil celah untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya. Apalagi dengan usulan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap tiga jenis benang impor yang banyak dipakai industri tekstil. "Kan importir bisa rugi dengan bea masuk itu. Jadi mereka cari celah untuk untung," kata dia. baca:Impor Ilegal Pakaian Gerus Industri Tekstil Lokal )
Ade juga menjelaskan bahwa biaya pengiriman barang dari Shanghai ke Jakarta lebih murah dari Semarang ke Jakarta. "Apalagi kalau ilegal, per kontainer itu biaya urus kiri kanan paling Rp 150 juta. Kalau dijual isinya bisa mencapai Rp 500-600 juta. Untungnya sangat menggiurkan," kata dia.
Ibarat angin, kata Ade, impor pakaian ilegal itu bisa dirasakan tapi tidak bisa dipegang. "Saya sebenarnya juga gampang saja bermain di celah tersebut. Tapi tidaklah," ujarnya.
INDRI MAULIDAR
Terpopuler:
Titiek: Keluarga Cendana 100% Dukung Prabowo-Hatta
Politikus Ini Masih Sakit Hati kepada Demokrat
Gunung Sinabung Meletus, Tidak Ada Korban Jiwa
Manusia Takut Pada Sesuatu yang Mendekat
Mark Wahlberg Tertekan Bintangi Transformers