Ilustrasi minyak mentah. (Foto: Reuters) MELBOURNE - Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan untuk hari kelima, setelah capping penurunan bulanan terbesar dalam lebih dari dua tahun. Penyebabnya, adalah tanda-tanda permintaan bahan bakar yang lebih lemah di Amerika Serikat (AS), konsumen minyak terbesar di dunia.
Futures turun sebanyak 0,5 persen di New York, memperpanjang kerugian 6,8 persen pada Juli. Hasilnya, WTI ditutup di bawah USD100 per barel, setelah sebuah laporan pemerintah menunjukkan persediaan bensin naik ke level tertinggi dalam empat bulan karena permintaan turun.
Sementara minyak mentah patokan Eropa, Brent, menuju penurunan mingguan di tengah spekulasi bahwa pasokan energi dari Rusia akan terpengaruh oleh sanksi lebih lanjut atas Ukraina.
"Pasar tetap di bawah tekanan dari peningkatan pasokan yang kita lihat di AS, dan penurunan ketegangan geopolitik. Harga sudah di bawah USD98,50 per barel untuk West Texas, adalah tanda yang sangat bearish," papar chief strategist CMC Markets, Michael McCarthy, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (1/8/2014).
WTI untuk pengiriman September turun 51 sen menjadi USD97,66 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Volume minyak mentah berjangka yang diperdagangkan mencapai sekira 26 persen di atas rata-rata 100 hari perdagangan.
Sedangkan Brent, untuk pengiriman September, tidak berubah pada USD106,02 per barel di London berbasis ICE Futures Europe exchange. Harga turun 2,2 persen minggu ini. Akibatnya, minyak mentah patokan Eropa dengan Amerika ditutup dengan premi sebesar USD7,97 per barel.
WTI jatuh pekan lalu karena pasokan bensin naik yang paling tinggi dalam enam bulan, memicu spekulasi adanya perlambatan permintaan. Data dari Administrasi Informasi Energi menunjukkan, stok naik 365.000 barel menjadi 218.200.000 pada 25 Juli lalu. (mrt)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.