TEMPO.CO , Jakarta- Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tak terus terpuruk, pemerintah harus ikut membantu dengan memastikan stabilitas politik dan keamanan. Pemerintah, kata dia, harus memastikan tidak akan ada kerusuhan dalam pemilihan presiden mendatang.
"Ya, meskipun sementara, ternyata isu politik cukup berpengaruh," kata Lana saat dihubungi Tempo, Sabtu, 28 Juni 2014.
Namun, Lana memprediksi, meski pemerintah mampu menjaga pemilihan presiden dengan kondusif, rupiah masih akan tetap lemah hingga kuartal III 2014. "Kebutuhan terhadap dolar AS masih akan tinggi untuk membayar utang luar negeri," kata dia.
Dalam situs Bank Indonesia disebutkan nilai tukar rupiah terus melemah. Pada 25 Juni 2014, nilai sebesar 12.027 per dolar AS. Lalu pada 26 Juni 2014 mnejadi 12.091, dan pada hari Jumat lalu kembali melorot menjadi 12.103 per dolar AS.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacobs, mengatakan Bank Indonesia melihat fluktuasi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berjalan aman. "Pergerakan rupiah masih smooth," kata Peter di Gedung Bank Indonesia, Kamis, 26 Juni 2014. (Baca juga: Redenominasi Rupiah Dinilai Tak Bisa Digelar 2014).
Ia mengatakan pergerakan rupiah yang melemah atau sebaliknya menguat terlalu drastis lebih mengkhawatirkan bagi BI. Peter berujar, saat kondisi menggerakkan nilai rupiah naik dan turun terlalu drastis, intervensi BI pasti akan dilakukan.
Menurut dia, intervensi BI atas kondisi rupiah akan dilakukan dalam situasi-situasi tertentu. Ia mengatakan, jika alasan fundamental menjadi latar pergerakan rupiah yang terlalu cepat, intervensi juga mungkin untuk dilakukan.
TRI ARTINING PUTRI | MAYA NAWANGWULAN
Berita utama:
Tunggu Kampanye Jokowi, Kader PDIP Madiun Adu Jotos
Banyak Salaman, Tangan Jokowi Terluka
Kampanye Rusuh, Pendukung Jokowi Teriak Provokator