Ini penjelasan SBY terkait anjloknya rupiah
Rico Afrido
Rabu, 21 Agustus 2013 − 14:18 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)/Foto : Ist
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya memberikan tanggapan terkait situasi ekonomi Indonesia yang akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan banyak pihak. SBY berharap, dalam penjelasannya nanti, mampu meredam kepanikan rakyat.
"Hari ini, saya ingin menjelaskan kepada rakyat Indonesia berkaitan dengan situasi ekonomi negara kita, untamanya pada hari-hari terakhir ini. Dengan penjelasan ini, saya berharap, rakyat Indonesia mengerti duduk persoalan serta apa yang terjadi menyangkut perekonomian kita dan sebenarnya juga perekonomian dunia dan sekaligus mengerti apa yang telah, sedang dan apa yang diselesaikan pemerintah untuk mengatasi persoalan ini," ujar SBY mengawali konferensi persnya di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
SBY mengingatkan, bahwa tahun ini adalah tahun yang tidak mudah, bagi ekonomi Indonesia dan Asia, dan banyak lagi negara-negara di dunia. Tahun depan pun, lanjutnya, ekonomi Indonesia juga akan masih menghadapi tantangan-tantangan yang tidak bisa diabaikan.
"Yang kita hadapi, sebagaimana rakyat ketahui hari-hari terakhir ini misalnya ada pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan, menurunnya harga saham kita yang juga cukup signifikan, dan sejumlah tantangan baru yang kita hadapi. Itu disebabkan 2 faktor," jelasnya.
Faktor pertama, ujar SBY, global dan regional, yaitu ditetapkan kebijakan moneter di AS yang berpengaruh kepada semua negara berkembang, emerging market termasuk ke Indonesia. "Itu yang sifatnya dari luar. Eksternal," sambungnya.
Sedangkan dari dalam, lanjut SBY, ekonomi internal memang juga sedang menghadapi masalah, ekspor menurun karena ekonomi dunia sedang mengalami perlambatan resesi, sementara impor barang masih tetap tinggi. "Sehingga neraca perdagangan kita menjadi tidak baik. Neraca pembayaran juga tidak baik," jelasnya.
Menurut SBY, hal seperti ini yang dilihat pasar baik dalam negeri, maupun pasar luar negeri. Antara lain, ada kekhawatiran pasar kalau-kalau pertumbuhan ekonomi indoensia menurun secara tajam.
SBY menambahkan, pasar juga mengatakan kalau neraca pembayaran dan perdagangan seperti ini yang juga disebut dengan defisit ini, kalau tidak ada solusi, juga tidak baik bagi ekonomi Indonesia.
"Inilah yang menyebabkan akhir-akhir ini mengalami penurunan yang tajam terhadap nilai tukar rupiah. Meskipun di Asia ada yang lebih baik dari Indonesia, tapi ada yang lebih buruk dari Indonesia. Bagaimanapun kita bandingkan agar nilai tukar rupiah tidak lebih buruk dari isu keseluruhan. Ini yang saya anggap isu utama yang perlu kita carikan solusinya," tukasnya.
(
gpr)