Kamis, 23 Mei 2013

Home » BISNIS.COM: DAYA BELI: Orang Indonesia Berlomba Habiskan Duit

,
BISNIS.COM
Bisnis Indonesia Online // via fulltextrssfeed.com
DAYA BELI: Orang Indonesia Berlomba Habiskan Duit
May 23rd 2013, 05:33

130523_konsumen-1.jpgBISNIS.COM, JAKARTA--Saat menginjakkan kaki kembali di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta pada suatu Minggu sore 2 bulan lalu, setelah menghabiskan libur akhir pekan panjang (long weekend) di luar kota, saya dikagetkan oleh kemacetan panjang di sepanjang jalan yang ada di kawasan bandara internasional itu. Kendaraan benar-benar berjalan tersendat.

Sehari sebelumnya, saya masih geleng-geleng kepala tak habis pikir melihat orang-orang yang terjebak macet di jalur Puncak menuju Jakarta. Kemacetan yang selalu terlihat di saat ada hari libur nasional yang jatuh di hari Jumat, sehingga liburan akhir pekan menjadi lebih panjang dibandingkan dengan biasanya.

Itulah fenomena yang selalu kita saksikan saat liburan tiba. Orang-orang Jakarta kompak meninggalkan Ibu Kota untuk melepas penat, meskipun akhirnya mereka kelelahan menghadapi jalanan yang padat. Kegiatan yang tentunya menuntut dana yang tak sedikit.

Saat daya beli meningkat, konsumsi memang tidak lagi sebatas urusan perut. Ada banyak kebutuhan lain yang mendadak masuk dalam daftar kebutuhan pokok. Kepemilikan rumah, kendaraan, pendidikan berkualitas, liburan menjadi suatu keharusan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang angkutan udara domestik pada Maret 2012 naik 10,63% dibandingkan dengan jumlah penumpang pada bulan sebelumnya. Peningkatan jumlah penumpang angkutan udara internasional bahkan tercatat naik 13,94%.

Orang-orang yang memanfaatkan transportasi udara tersebut tentu bukan hanya untuk tujuan berlibur. Ada banyak urusan lainnya, termasuk pekerjaan dan bisnis. Apa pun itu, peningkatan jumlah penumpang pesawat merupakan salah satu indikator dari kencangnya gerak roda perekonomian.

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada minggu lalu menunjukkan ekonomi pada kuartal I/2012 tumbuh 6,3% dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB) pada periode yang sama tahun lalu dan tumbuh 1,4% dibandingkan dengan posisi pada kuartal IV/2011.

Pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya tentu menaikkan daya beli direspons dengan sangat baik oleh para pengusaha properti. Pembangunan pusat perbelanjaan di daerah-daerah strategis gencar dilakukan oleh para pengembang.

 

Berdasarkan catatan Colliers International Indonesia, perusahaan konsultan properti, setidaknya ada lebih dari 16 pusat perbelanjaan yang akan dibangun mulai tahun ini di kawasan Jabodetabek, dengan total luas 443.700 kilometer persegi.

Tahan guncangan

"Kelas menengah Indonesia akan terus berkembang karena pertumbuhan ekonomi Indonesia terus tumbuh. Daya beli masyakaratnya bisa dipompa," ujar Fauzi Ichsan, ekonom senior dari Standard Chartered Bank.

Lihat saja data penjualan mobil yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Kendati ada fluktuasi, tren penjualan mobil dalam 10 tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun lalu, 894.164 unit diserap oleh pasar, naik dibandingkan dengan 764.710 unit pada 2010.

Guncangan bagi industri otomotif berupa penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mencapai lebih dari 120% pada Oktober 2005 memang sempat membuat penjualan mobil anjlok menjadi 318.904 unit pada 2006.

Namun, penjualan kendaraan roda empat itu kembali naik menjadi 433.341 unit pada 2007 dan melonjak menjadi 603.774 unit pada 2008.

Untuk produk lainnya, penggunaan telepon selular mungkin bisa menggambarkan hebatnya daya serap konsumen di Indonesia. Pada 2005, hanya 20 dari 100 orang yang menjadi pengguna telepon selular. Kini, lebih dari 92 orang dari 100 orang 'akrab' dengan alat komunikasi itu.

Pengguna Internet yang 7 tahun lalu hanya 8,19 juta orang, kini melonjak menjadi lebih dari 22 juta orang.   Bagi sebagian besar orang, telepon selular dan Internet sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi barang mewah yang hanya jadi monopoli sebagian kecil orang, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.

"Kita [Indonesia] memiliki kelebihan dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asean. Kita mempunyai pasar dan populasi yang besar. Mayoritas penduduk Indonesia adalah young population yang memang cenderung konsumtif," kata Chief Economist PT Mandiri Sekuritas Destry Damayanti.

 

Saat ini, Indonesia memang bukan hanya diuntungkan oleh jumlah penduduk yang besar. Komposisi penduduk yang mayoritas adalah usia produksi membuat populasi yang besar itu menjadi aset atau biasa disebut sebagai dividen demografi.

Data Bank Dunia memperlihatkan rasio ketergantungan (dependency ratio) di Indonesia menunjukkan tren ketergantungan usia non-produktif terhadap usia produktif yang terus turun dari 77,01% pada 1960 menjadi 48,34% pada 2010.

Itu artinya, hanya sekitar 48 orang yang bergantung pada 100 orang usia produktif pada 2010, jauh lebih rendah dibandingkan dengan 77 orang yang bergantung pada 100 orang usia produktif pada 50 tahun lalu.

Struktur populasi ini tentunya menguntungkan perekonomian Indonesia, karena ada banyak orang-orang muda yang hobi berbelanja. Mereka yakin pekerjaan akan selalu ada untuk mereka, dengan ekonomi yang diprediksi terus tumbuh. (msb)

Editor : Martin Sihombing

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions